Tips Cepat Dan Mudah Membuat Logo Perusahaan
Ehem, ke.
-
Jangan copy paste!
Anda boleh saja kagum dengan logo-logo milik perusahaan lain, tapi kalau sampai Anda menggunakannya untuk logo Anda lalu apa kata dunia?! Lagipula, tujuan utama dari sebuah logo adalah untuk merepresentasikan bisnis atau identitas perusahaan Anda di mata konsumen, nah kalau sampai mereka tahu bahwa logo Anda adalah hasil copy-paste dari logo perusahaan orang lain, bagaimana cara mereka membedakan Anda dengan pemain lainnya? A big no for this!
-
Jangan sertakan status perusahaan (CV, PT, Persero)
Oke … oke … kami tahu Anda sudah melegalkan status perusahaan Anda, tapi itu bukanlah alasan kuat untuk meletakkan status tersebut dalam logo. Entah itu CV, PT, Persero, Perum, atau apapun itu, sebuah logo yang baik sejatinya tidak mengandung teks terkait status legal perusahaan yang direpresentasikannya secara eksplisit. Kalau Anda tidak percaya, lihat saja logo-logo perusahaan besar dan populer di dunia dan Indonesia. Adidas, Nike, Apple, Pertamina, Samsung, sampai ke Telkomsel, semua tampak kompak membersihkan status legal perusahaannya dari logonya.
Oh ya, jangan lupa, status legal sebuah perusahaan sebenarnya bisa berubah-ubah. Tergantung dengan keinginan sang pemilik atau rapat umum pemegang saham. Masih ingat bukan? Dulunya banyak perusahaan di Indonesia yang berstatus perum (perusahaan umum), tapi seiring dengan berjalannya waktu, perusahaan-perusahaan ini akhirnya berubah menjadi PT (perseroan terbatas) dan sebagainya. Dengan logo yang didesain tanpa status legal, Anda tidak perlu repot-repot mengubah logo – yang biasanya memakan ongkos tidak sedikit – ketika perusahaan Anda pada akhirnya memang harus merubah status legal.
-
Jangan pake tagline
Whoops, Anda memang punya tagline yang bagus di kepala, tapi itu bukan berarti Anda harus meletakkannya dalam logo Anda. Hampir sama dengan poin nomor 2, tagline cenderung cepat berubah. Bisa jadi tahun ini tagline perusahaan Anda adalah “committed to 2” tapi tahun depan Anda tergerak untuk merubahnya menjadi “The World is in Your Hand“. Lantas kenapa Anda harus melakukan ini? Well, jawabnya simple; karena dunia memang selalu berubah. Dulu bisnis Anda adalah memasang kabel telepon dari rumah ke rumah atau dari gedung ke gedung (hehe, Anda memang harus punya komitmen besar kalau bergelut dalam bisnis ini). Tapi sekarang itu semua sudah ketinggalan zaman karena untuk berkomunikasi di era ini, orang-orang tampaknya sudah tidak perlu lagi dengan kabel! Dunia sudah ada dalam genggaman tangan mereka. Entah operator apapun yang dipakainya.
Biar saya ulangi lagi, dunia sudah ada dalam genggaman kita, apapun operatornya.
-
Jangan lengkapi dengan nomor telpon, email, atau alamat
Ah, Anda memang lucu. Walau Anda punya gedung yang mentereng atau mampu menyewa space di kompleks perkantoran yang elit, itu tidak otomatis membuat Anda bisa meletakkan nomor telpon, email, atau alamat secara langsung di logo. Lagipula, tugas ini lebih cocok diberikan kepada kartu nama (business card) Anda. Biarlah logo Anda tetap simple tanpa embel-embel alamat atau sejenisnya. Karena seperti poin nomor 2 dan 3, ketiga hal ini adalah sesuatu yang bisa cepat berubah dan sama sekali tidak merepresentasikan identitas bisnis Anda.
-
Jangan pake terlalu banyak warna
Apa warna logo Adidas? Hitam dan putih. Kalau Apple? Silver. Kalau Nike? Hitam dengan latar putih atau sebaliknya. Hei, gampang bukan. Untuk urusan pengasosiasian warna dengan identitas, mungkin tidak salah juga kalau kita mencontoh partai politik. Saking kuatnya pengaruh warna sebagai simbolisasi partai, kita selaku partisan dalam pemilu umumnya langsung bisa menebak partai x, partai y, atau partai z hanya dengan mengetahui warna kaosnya. Kalau dia merah, mungkin dia PDIP. Kalau dia jingga mungkin dia Hanura. Kalau dia biru mungkin Demokrat atau PAN. Kalau hitam berarti PKS atau Syarikat Islam, Hijau = PPP (baca: P3) dan seterusnya, kecuali kalau Anda adalah pemilik C59! Hehehe, mungkin Anda tidak ingin pindah rumah kali ya …… Soalnya kalau pindah rumah nanti namanya bukan C59 lagi dong. Wakakak … cuma ingin bercanda.